KabarNTB, Mataram – Gempa bumi berkekuatan 6,4 skala richter mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Minggu (29/7) pagi dan Minggu (5/8) dengan kekuatan 7 SR hingga gempa susulan lainnya terkahir pada Kamis (9/8) 6,4 SR. Tak terelakkan, dalam kejadian ini banyak yang menjadi korban. Antara lainnya meninggal dunia, mengalami luka-luka, sejumlah bangunan (rumah/perkantoran) roboh.
Sebelumnya, bahkan ada yang warga lokal, wisatawan asing (WNA) termasuk guide (Pemandu Wisata, Red) terjebak di danau lantaran akses jalan tertutup akibat longsor. Selain itu pula, banyak warga maupun WNA sempat terjebak di tiga gili di Lombok. Namun berkat kesigapan tim gabungan mereka semua berhasil di selamatkan. Meski demikian, tentunya hal ini menyisakan trauma bagi para korban.

Ketua Fraksi PKS DPRD Provinsi NTB, H Johan Rosihan yang telah turun langsung ke lokasi mengunjungi serta menghibur para korban gempa di KLU, menyatakan prihatin dengan situasi dan kondisi warga ataupun kondisi daerah tersebut yang menjadi korban akibat guncangan hebat gempa 7 SR beberapa waktu lalu .
“Saya lihat mereka saudara saudari kita memang sangat trauma. Tapi, Alhamdulillah setelah saya sempat berbincang santai dan menghibur, warga yang saya kunjungi jadi lebih tenang,” kata pria yang akrab disapa Haji Jo ini.
Adapun yang menjadi catatan penting selama melakukan pantauan langsung dilapangan, ujar Anggota DPRD NTB asal Dapil 5 Sumbawa-KSB ini, distribusi bantuan dinilainya kurang dikoordinasi.
Dimana masing-masing lembaga sosial, dinas instansi juga pemda masih melakukan tindakan jalan sendiri. Menyikapi persoalan ini kata Johan, lembaga sosial ataupun instansi terkait termasuk pemda perlu mengatur langkah agar beriringan sehingga terkesan kompak.
“Alangkah bagusnya menurut saya dinas sosial atau BNPB mendata lembaga sosial yang menurunkan tim dan posko. Selanjutnya dibagi posisinya pada daerah terdampak secara merata dan proporsional. Sehingga tidak terkesan jalan sendiri-sendiri dan penanganan/pendataan bisa lebih maksimal,” usul politisi PKS Kelahiran Sumbawa ini.
Selain itu, dikatakan Johan Rosihan, hal yang mendesak menjadi kebutuhan para korban adalah tim trauma healing. Karena warga sudah tidak ada yang berani kembali untuk menginap di rumahnya. Hal itu dikarenakan, para korban masih merasa was-was terjadinya gempa susulan. Terlebih di KLU rumah gedung atau bangunan nyaris rata dengan tanah.
“Nah, ini juga penting (Tim Trauma Healing, Red). Karena mereka masih sangat trauma. Bahkan untuk makan saja, mereka ada yang tidak sanggup karena kondisi psikologis,” demikian Johan Rosihan.(VR)
Komentar