Kenapa Harus Ikut Pelatihan Bela Negara?

Banyak pihak mempertanyakan tujuan dan urgensi Program Bela Negara bagi karyawan dan calon karyawan lokal non skill yang dilaksanakan PT Amman Mineral Nusa Tenggara dan Aliansi mitra kerjanya di Proyek Batu Hijau.

Program yang dilaksanakan bekerjasama dengan TNI itu dianggap tidak relevan, bahkan dinilai sebagai upaya perusahaan untuk menekan agar para karyawan dan calon karyawan, tetap patuh pada apapun kebijakan perusahaan.

***

Siang itu, Kamis 22 Nopember 2018, lapangan upacara Sekolah Calon Tamtama Resimen Induk Kodam (Rindam) IX Udayana, di Singaraja, Bali, nampak ramai. Danrindam IX Udayana dan sejumlah pejabat lainnya ikut hadir.

Di tengah lapangan, 100 orang berpakaian serba hijau, beberapa diantaranya perempuan, nampak berbaris rapi. Mereka tengah bersiap melaksanakan parade baris berbaris dan beladiri dasar Yongmoodo, bela diri militer asal Korea yang menjadi bela diri resmi prajurit TNI.

Atraksi bela diri dasar yang ditampilkan 100 orang tenaga kerja lokal non skill PTAMNT pada acara penutupan program Bela Negara gelombang pertama di lapangan upacara Sekolah Calon Tamtama Rindam IX Udayana

Tetapi 100 orang tersebut bukan prajurit TNI. Mereka adalah calon karyawan PT MacMahon, perusahaan aliansi PT Amman Mineral Nusa Tenggara (PTAMNT) yang menjadi siswa program Bela Negara. Mereka merupakan peserta gelombang pertama dari 314 orang tenaga kerja lokal non skill yang telah lulus tes dan akan dipekerjakan di Tambang Batu Hijau, Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat. Hari itu merupakan hari penutupan program yang telah mereka ikuti.

Tepuk tangan gemuruh usai mereka memeragakan Parade baris berbaris, bela diri Yongmodoo dan yel-yel dengan apik dan kompak. Dari akselerasi yang baik, disiplin dan kerjasama yang dipertontonkan, apa sesungguhnya tujuan program yang diikuti selama satu bulan penuh bisa terlihat.

Danrindam IX Udayana, Kolonel Inf Esy Suharto, mengatakan, seluruh materi yang diterima para peserta selama pelatihan, bertujuan untuk menciptakan pribadi yang disiplin, berkarakter dan cinta tanah air.

Nilai dasar Bela Negara mencakup cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, yakin pada Pancasila sebagai ideologi bangsa dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

“Program ini merupakan latihan dasar untuk membentuk karakter dan disiplin agar tumbuh kecintaaan terhadap tanah air, tegas, berkarakter dan professional,” urainya.

Hasil yang dicapai para peserta, memang diakui berada dibawah prajurit TNI pada umumnya yang dididik di Rindam. Tetapi Komandan Dodik Bela Negara Rindam IX Udayana, Letkol Inf Arif Suhardiman, mengaku yakin setiap peserta akan lebih siap untuk mulai bekerja.

Selama program, peserta mendapat materi khusus tentang mind setting (pola pikir) yang diarahkan untuk menciptakan pola pikir yang baik dan positif. Tidak boleh ada keraguan dan melaksanakan semua hal dengan bertanggungjawab.

Mereka juga diajarkan kepemimpinan dasar dan loyalitas. Karena sejatinya semua peserta merupakan calon pemimpin. Kepemimpinan diri sendiri dulu, baru mempengaruhi lingkungan. Caranya, mereka ditunjuk sebagai pemimpin kelas, secara bergantian. Peserta yang dipimpin harus loyal, karena kepemimpinan pasti estafet. Suatu saat mereka juga akan mendapat giliran menjadi pemimpin.

Parade baris berbaris siswa gelombang I pelatihan bela negara tenaga kerja lokal non skill PTAMNT

“Ada perubahan sikap mental, karakter dan kedisiplinan yang sangat signifikan yang dialami para peserta setelah ikut program. Kami optimis mereka akan lebih siap menghadapi semua tantangan saat sudah bekerja,” ucapnya.

Perubahan mendasar pada sikap mental, karakter dan kedisiplinan dirasakan oleh Ida Indrayanti, tenaga kerja non skill dari Kecamatan Sekongkang.
Ida mengaku menjadi lebih lebih optimis menghadapi tantangan, termasuk tantangan saat sudah mulai bekerja nanti.

“Di tempat kerja juga membutuhkan kedisiplinan, loyalitas, ketertiban, solidaritas, tanggungjawab, kerjasama tim untuk maju bersama, bukan kemajuan individu saja,” sebutnya.

Sedangkan Munawir Alwi, tenaga kerja lokal non skill dari Kecamatan Seteluk, terkesan dengan jiwa corsa, jiwa kebersamaan, saling peduli, solidaritas dan kekeluargaan yang sangat tinggi selama mengikuti program .

“Kedepan (ketika bekerja) kita dituntut tanggungjawab yang lebih besar, jadi apa yang kami dapatkan disini akan sangat bermanfaat,” ungkapnya.

Amman Mineral dan Aliansi, meyakini Pelatihan Bela Negara sangat penting untuk membentuk karakter calon karyawan sehingga mempunyai disiplin dan loyalitas yang tinggi, karakter yang unggul, fokus dalam bekerja, kinerja yang tinggi, jujur, memiliki kerjasama tim serta membangun semangat dan wawasan kebangsaan. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah calon karyawan memiliki kompetensi yang sesuai serta memahami budaya bekerja yang aman untuk memenuhi persyaratan kegiatan operasional perusahaan dan menjadi karyawan yang professional.

Menurut Senior Manager Social Responsibility and Long Term Plan PTAMNT, Anies Mujahid Akbar, pelatihan itu penting bagi semua karyawan, karena tantangan yang dihadapi saat ini berbeda dengan tantangan saat tambang dikelola PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT).

Peragaan bela diri Yongmodoo oleh peserta bela negara tenaga kerja lokal non skill

Amman Mineral resmi menjadi operator tambang Batu Hijau pada Nopember 2016 setelah mengakuisisi 82 persen saham milik Newmont Mining Corporation (NMC) dan Bumi Resources tbk. Sebagai perusahaan yang mengambilalih tambang ‘di tengah jalan’ Amman Mineral menghadapi sejumlah resiko. Termasuk resiko cadangan bijih mineral yang sudah berkurang, ditambah fluktuasi bisnis pertambangan yang dipengaruhi kondisi ekonomi global dalam beberapa tahun terakhir.

“Jadi ada kondisi-kondisi yang dihadapi perusahaan yang menjadi tantangan tidak hanya bagi manajemen, tetapi juga bagi karyawan secara umum. Untuk menghadapi tantangan ini semua komponen di dalam perusahaan, termasuk karyawan harus punya visi misi yang sama untuk kemajuan bersama dalam jangka panjang,” ujar Anies.

Karena itu, Manajemen PT Amman Mineral dan Aliansi Mitra Kerja secara serius menyiapkan, melaksanakan dan mengawal program pelatihan khususnya Diklat Bela Negara untuk memastikan keberhasilan program ini. Keseriusan manajemen ini ditunjukkan dengan hadir dan turun langsung di beberapa sesi penting pelatihan seperti pembukaan, supervisi program, pembekalan materi kepemimpinan serta penutupan program.(EZ/*)

Komentar