KabarNTB, Sumbawa — Sebanyak 180 penenun lokal beradu keterampilan dalam ‘Festival Nesek’ atau Festival Tenun Tradisi Sumbawa 2019 yang berlangsung di lapangan sepak bola Desa Poto, Kecamatan Moyo Hilir, Sumbawa Rabu 30 Oktober 2019.
Acara yang di diselenggarakan oleh Asosiasi Penenun Tradisional Samawa (APDISA) Kabupaten Sumbawa tersebut, dibuka oleh Bupati Sumbawa HM Husni Djibril didampingi Wakil Ketua DPRD serta pimpinan SKPD.
Bupati Husni Djibril mengatakan, tenun atau batik Sumbawa merupakan karya seni yang telah ada sejak dahulu kala dan mampu bertahan ditengah bermunculannya produk-produk tenun modern.
“Yang membanggakan, tenun Sumbawa tak kalah saing dengan tenun-tenun yang sudah ada. Selaku pimpinan daerah bersama wakil bupati serta pejabat lainnya kami bangga dan selalu mengunakan tenun lokal Sumbawa,” ungkap Bupati.
Tenun dan batik Sumbawa, kata Bupati, hingga saat ini tidak kalah kwalitas dan mutu dengan tenun –tenun dari daerah lainnya. Untuk itu, ia berjanji akan berupaya semaksimal mungkin untuk membangun sentra batik dan tenun Sumbawa dimana produksinya langsung harus berada di Sumbawa dengan corak dan motif Sumbawa asli.
“Pemda sangat komit terhadap keberlangsungan tenun Sumbawa. Bukan itu saja, saya siap memberikan suppot kepada siapa saja yang ingin melestarikan tradisi kita khususnya dalam menenun ini,” ungkap Bupati.
Sementara itu Ketua Asosiasi Penenun Tradisional Samawa (APDISA) Kabupaten Sumbawa, Siti Aminah, mengatakan, hingga saat ini jumlah anggota APDASI sudah mencapai 300 orang yang tersebar di empat desa, yakni Desa Poto, Berare dan Moyo Mekar.
“Kabanyakan anggota APDASI adalah kaum ibu-ibu,” ungkapnya.
Festival Nesek 2019, kata dia, sekaligus mempertegas eksistensi Desa Poto sebagai Desa Percontohan Pemajuan Kebudayaan yang telah ditetapkan oleh Ditjend Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI beberapa waktu lalu.(JK)
Komentar