Sumbawa Besar, KabarNTB
Dandim 1607/Sumbawa, Letkol Czi Eko Cahyo Setiawan mengajak mahasiswa menjadi agen penangkal Proxy War.
Ajakan Dandim itu disampaikan saat memberi materi wawasan Berbangsa dan Bernegara pada kegiatan pelepasan mahasiswa KKL Universitas Samawa (Unsa) Angkatan XXV tahun 2023, Rabu (12/07).
Dikatakannya, acaman Proxy War (Perang Proxy) bagi bangsa Indonesia adalah suatu hal yang nyata, karena Indonesia memiliki banyak potensi kekuatan dan keunggulan yang sekaligus potensi kekuatan dan keunggulan itu dapat digunakan saling bertentangan hingga dapat mengancam eksistensi NKRI.
Dandim mengingatkan, pemicu proxy war diantaranya perebutan sumber energi dan sumber pangan. “Kondisi penduduk bumi saat ini sudah tidak seimbang, dimana jumlah penduduk semakin banyak namun jumlah energy semakin menipis,” terangnya.
Dia menuturkan persediaan energi, pangan dan air di bumi semakin menipis, sehingga banyak bangsa yang melakukan migrasi ke negara-negara yang memiliki iklim tropis untuk mendapatkan sumber energi dan pangan itu. Salah satu negara tujuan dari migrasi itu adalah Indonesia, karena kita memiliki semua sumber energi dan sumber pangan.
“Saya berharap kita semua, terutama civitas akademika Universitas Samawa dapat mengerti dan memahami bahaya proxy war, sehingga kita dapat bersama-sama mewaspadai dan menangkal berbagai cara yang digunakan negara dalang untuk menghancurkan suatu negara melalui berbagi aspek berbangsa dan bernegara, baik itu melalui ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, agama dan pertahanan keamanan.”
“Mari kita buka mata, telinga, hati dan perhatian kita untuk melihat negeri yang kita cintai ini. Tingkatkan rasa cinta dan kesadaran akan nasionalisme, sehingga bangsa kita akan mengalami perubahan untuk menuju kehidupan yang lebih baik,” harapnya.
Dandim juga mengatakan bahwa berbagai cara akan digunakan oleh negara-negara lain untuk dapat menguasai negara Indonesia. Melalui proxy war negara dalang akan membuat generasi Indonesia tidak kreatif dan inovatif, namun sebaliknya akan lebih bergaya hedonistik dan konsumtif. “Generasi kita akan dirasuki kehidupan gaya kosmopolitan seperti sex bebas, penyalagunaan Narkoba, LGBT, neoterorism, bahaya internet dan lain lain sebagainya,” jelasnya.
Dia menegaskan bahwa manakala bangsa Indonesia tidak menyikapinya dengan baik dan bijaksana, hal ini akan membawa kehancuran pada generasi masa depan bangsa sehingga dengan sendirinya akan melemahkan dan menghancurkan kehidupan berbangsa dan bernegara. (JK)
Komentar