KabarNTB, Mataram – Wakil Ketua WOAG (ikatan alumni Universitas Al Azhar Internasional) yang juga Mantan Menteri Waqaf Mesir, Prof Dr Muhammad Abdul Fadhiel El-Qoushi, menyatakan kekagumannya, sekaligus menyerukan Ummat Islam dunia untuk mencontoh kehidupan toleransi kehidupan beragama di NTB.
Kekaguman itu diungkapkan Prof Fadhiel El-Qoudsi saat pembukaan Multaqa Nasional Alumni Mesir, di Ballroom Islamic Center Provinsi NTB, di Mataram, Rabu 18 Oktober 2017.
“Contoh di NTB ini, kami kehilangan di Arab,” ungkapnya di hadapan Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi dan ratusan alumni Al Azhar Mesir yang hadir.
Menurutnya, potret Kehidupan umat Islam di NTB, sebagai cerminan Islam di Indonesia yang penuh dengan moderasi dan toleransi serta mengedepankan nilai-nilai kebersamaan menjadi contoh terbaik bagi kehidupan beragama di dunia.
Tatanan kehidupan umat Islam di provinsi yang terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa ini, sekaligus dapat meluruskan persepsi tentang Islam yang selama ini disalahpahami oleh banyak kalangan. Padahal, Islam yang selalu hidup rukun dan saling tolong menolong dengan umat agama lain, seperti di NTB ini begitu dirindukan oleh umat-umat di dunia, bahkan di Arab.
Ia menjelaskan, Islam bukan potongan potongan tubuh manusia yang terlempar akibat bom bunuh diri. Islam itu bukanlah kehidupan yang saling membenci atau saling menjauhkan diri dengan umat lain.
“Namun Islam adalah saling berkontribusi, saling membangun hidup dan saling memberi kemanfaatan dalam kedamaian dengan suluruh umat beragama. Seperti yang dicontohkan oleh Baginda Nabi Besar Muhammad SAW saat membangun Kota Madinah,” urainya.
Hanya saja, ia masih merasa heran kenapa toleransi yang baik di Indonesia atau di NTB ini belum ditularkan di seluruh belahan dunia. Menurutnya, umat Islam di seluruh dunia merindukan kehidupan umat beragama yang damai dan penuh toleransi seperti di NTB. Karena, saat ini lanjutnya yang dibutuhkan umat Islam itu bukanlah wacana atau apa yang tertulis di buku-buku atau di kertas-kertas.
“Yang paling dibutuhkan adalah pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari,” tandasnya.
Di tempat yang sama, Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi (TGB), menyampaikan bahwa Islam di NTB bukanlah sekedar wacana atau sekadar teori yang tidak diterapkan dalam kehidupan nyata. Hal ini, tegas TGB, terlihat dengan dibukanya segmen baru Pariwisata di NTB, yaitu, wisata halal atau muslim friendly tourism.
Melalui segmen ini, disamping menambah segmen Pariwisata yang ada, juga untuk menunjukkan bahwa ada bagian-bagian dalam Islam itu yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi.
“Itu menunjukkan bahwa ajaran-ajaran Islam itu membawa kebaikan di dalam tataran dunia nyata,” ungkap Gubernur Ahli Tafsir Al Qur’an tersebut.
Wisata halal, lanjut TGB, tidak hanya dapat dinikmati oleh umat muslim saja. Namun seluruh masyarakat, baik muslim, Hindu, Budha, Kristen dan umat umat lainnya dapat mengambil manfaat dari pertumbuhan pariwisata tersebut.
“Ini adalah contoh bahwa Islam itu rahmatan Lil ‘alamiin,” tegasnya.
Direktur OIAA, Dr. Muchlis melaporkan konferensi dan Multaqa tersebut akan berlangsung selama 3 hari. Yaitu mulai tanggal 18 hingga 20 Oktober 2017. Selama kegiatan tersebut akan dibahas tiga isu utama yang saat ini sedang dialami oleh masyarakat muslim di dunia. Pertama, batasan antara keislaman dan kekufuran. Kedua, tentang fatwa-fatwa yang akhir akhir ini semakin tidak memiliki pedoman. Apalagi di era informasi dan teknologi saat ini, terutama media sosial. Sehingga, fatwa yang beredar di media sosial saat ini menimbulkan kekacauan penafsiran dan membingungkan umat. Isu yang ketiga adalah metode dakwah kontemporer.
Hadir juga dalam kegiatan tersebut, ketua Alumni Kairo Indonesia, Prof. Dr. H. Qurais Shihab.(By)
Komentar