KabarNTB, Jakarta – Ulama yang juga Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi berbagi pengalaman, gagasan dan konsep kepemimpinan dalam orasi ilmiah pada kegiatan wisuda mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis 26 April 2018.
Tokoh peraih penghargaan sebagai gubernur terbaik tahun 2017 dari Kementerian Dalam Negeri atas keberhasilanya memimpin NTB sehingga menjadi daerah yang maju dan mampu bersaing dengan daerah lain di Indonesia itu, memiliki pengalaman dan gagasan yang utuh tentang kepemimpinan.
Di hadapan ratusan wisudawan dan civitas akademika serta tamu undangan lainnya, tokoh yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) menyampaikan orasi ilmiah bertajuk “Kepemimpinan Nasional yang Berakhlak dan Unggul Guna Mendukung Daya Saing Bangsa”.
Menurutnya, jika ingin membangun peradaban bangsa ke arah yang lebih baik, maka yang diperlukan adalah Sumber Daya Alam (SDA) serta Sumbar Daya Manusia (SDM) yang mumpuni.Namun, dari dua hal itu, terdapat satu faktor penting untuk memajukan suatu peradaban, yaitu kepemimpinan yang efektif.
“Kepemimpinan yang efektif tidak kalah pentingnya dalam menentukan maju mundurnya suatu peradaban,” ujarnya.
Menurut TGB, kepemimpinan memiliki fungsi yang sangat penting apabila kepemimpinan itu mampu menghadirkan satu keteladanan yang baik. Dalam konsep Islam, ia menjelaskan, kepemimpinan ideal itu harus memiliki tiga muatan. Pertama muatan humanisasi yaitu kepemimpinan yang mampu menghadirkan dan senantiasa mentradisikan kebaikan. Kedua, kepemimpinan yang liberatif, yaitu kepemimpinan yang berusaha bersama-sama bekerja untuk menghilangkan hal-hal yang bersifat destruktif untuk kemanusiaan. Misalnya melawan dan membebaskan manusia dari penjajahan.
“Dari awal kita setting bangsa ini untuk ikut bekerja membebaskan manusia dari hal-hal dekstruktif, seperti penjajah, ketimpangan, kezaliman atau apapun yang merusak nilai kemanusiaan,” jelasnya.
Yang ketiga, lanjut TGB, semua hal-hal yang kita lakukan, termasuk dalam aspek kepemimpinan bukan kontrak yang sekadar tanda tangan atau sumpah jabatan di depan manusia, tapi tali kontrak kita juga kepada Allah SWT.
“Apabila kualitas kepemimpinan dapat kita bangun sama-sama, maka saya yakin ke depan bangsa kita akan mampu melewati tantangan apapun,” katanya optimis.
Ia melanjutkan, pembicaraan kepemimpinan memiliki tempat yang penting dalam suatu peradaban. Salah satu sumber kearifan kita dalam berbangsa ialah beragama. Sebagai muslim ketika buka Al-Qur’an, bahwa salah satu sentrum perhatian yang dibahas panjang lebar dalam Alquran ialah manusia dalam dimensi kepemimpinan.
Gubenur yang juga Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Cabang Indonesia itu, menyebut ayat yang sangat terkenal dalam Al Qur’an, yakni Ayatul Khilafah, ketika Allah menyampaikan diantara seluruh makhluknya, manusia ditetapkan sebagai khalifah atau pemimpin dalam kehidupan dunia. Manusia diberikan tugas oleh Allah untuk memajukan, memakmurkan dunia ini dengan nilai-nilai mulia, yaitu dirangkum dalam Asmaul Husna.
“Maka kepemimpinan seseorang dalam kehidupan ini tergantung sejauh mana dia mampu mengaplikasikan kemuliaan-kemuliaan yang ada di Asmaul Husna,” Ungkap TGB seraya menyontohkan sifat Ar-rahman dan Ar-rahiim, yang memberikan pesan bahwa kepemimpinan harus penuh dengan nilai-kasih sayang.(EZ/*)
Komentar