KabarNTB, Sumbawa Barat – Setelah sekian lama vakum, Rumah Potong Hewan (RPH) Poto Tano kembali dioperasikan. Pengoperasian itu diresmikan Bupati HW Musyafirin pada Selasa sore, 1 Oktober 2019.
Ini merupakan kali ketiga peresmian tanda dimulainya operasional RPH Poto Tano dilakukan. Tahun 2009 diresmikan pertama kali oleh Deputi Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal sebagai bagian dari kawasan agro industri Pulau Sumbawa yang menjadi program unggulan kementerian terkait. Tapi seiring pergantian pemimpin negara dan Menteri, program tersebut tidak berlanjut dan RPH Poto Tano mangkrak.
Selanjutnya diresmikan kembali pada 2014 atas kerjasama Pemda dengan pihak ketiga. Namun lagi-lagi tidak berlangsung lama. Pada 2016 RPH Poto Tano kembali vakum.
Di peresmian ketiga ini, Pemda Sumbawa Barat menggandeng dua perusahaan untuk mengoperasikan RPH yang dibangun tahun 2008 itu. Peresmian ditandai dengan pemotongan perdana seekor kerbau.
Bupati HW Musyafirin, menyebut, dua perusahaan yang digandeng yaitu Tiga Putra dan Putra Bogat. Ia berharap kedepan ada perusahaan atau pengusaha lain yang ikut bergabung.
“Dengan beroperasinya RPH Poto Tano diharapkan daerah kita tidak mengirim hewan ternak hidup, tetapi dalam bentuk daging segar atau daging beku, apalagi Poto Tano ini sesuai RTRW memang kawasan Agro Industri,” jelas Bupati.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, Suhadi SP MP, menyampaikan, pengoperasian kembali RPH Poto Tano karena memiliki peluang strategis menjadi menyuplai kebutuhan daging di Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok. Apalagi RPH Poto Tano telah mengantongi sertifikat pemotongan daging yang aman, sehat dan halal.
“RPH Poto Tano memiliki kapasitas potong 30 ekor sapi dan atau kerbau per hari. Tetapi saat ini hanya mampu 10 sampai 15 ekor per hari,” jelasnya.
Suhadi mengakui, kapasitas pemotong belum bisa maksimal karena belum adanya suplai air dan listrik. Karena itu ia berharap dukungan dari Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk mengalokasikan anggaran guna pemenuhan fasilitas yang dibutuhkan RPH Poto Tano.
“Pak Sekda semoga kedepan bisa di bantu RPH ini untuk lebih maksimal,” harap Suhadi.
Menurut Suhadi, RPH Poto Tano sangat penting bagi KSB, karena memiliki peran untuk menggerakkan ekonomi dan bisa menjadi sumber PAD. RPH Poto Tano memiliki luas lahan sekitar 5 Hektar, pembangunan di mulai tahun 2008 dan aktif memotong hewan dimulai Tahun 2009.
“Mengapa kami dari Dinas bertekat agar RPH ini beroperasi, karena persyaratan pengiriman daging harus dari RPH yang sudah memiliki sertifikasi halal,” pungkasnya.(EZ)
Komentar