Pantai Jelenga : Scar Reef, ISTA dan Pariwisata Berkelanjutan

Matahari bersinar terik siang itu. Cuaca lumayan panas karena angin berhembus tidak terlalu kuat. Di kejauhan, ‘scar reef’ terlihat bergulung. Meski tidak terlalu tinggi dan tidak ada peselancar berayun diatasnya, scar reef tetap memukau. Gelombang berbentuk seperti pipa raksasa dengan tinggi antara dua sampai tiga meter itu memang menjadi salah satu pesona Pantai Jelenga, selain bentangan pantai yang panjang membentuk tapal kuda dengan pasir putih seperti butiran merica, air biru jernih dan sunset yang eksotik.

***

Pantai Jelenga di Dusun Jelenga, Desa Beru, Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB, sudah dikenal sejak lama. Dulu pantai yang berjarak sekitar 9 Km dari Kota Taliwang, Ibukota Sumbawa Barat itu hanya dikunjungi wisatawan lokal dan sedikit wisatawan mancanegara. Setiap akhir pekan, Jelenga menjadi salah satu pilihan warga lokal untuk mengisi akhir pekan bersama keluarga.

Lambat laun, Jelenga semakin dikenal. Wisatawan mancanegara penghoby surfing rupanya mengabarkan tentang scar reef yang menantang kepada surfers lain di seluruh dunia. Setiap musim ombak antara Mei hingga Oktober, surfers dari berbagai negara berdatangan untuk menjajal scar reef. Wisatawan domestik dari seluruh Indonesia juga menjadikan Jelenga sebagai salah satu destinasi yang wajib dikunjungi jika datang ke Sumbawa Barat.

Pemandagan matahari tenggelam di Pantai Jelenga

Dusun Jelenga kian ramai. Keindahannya semakin dikenal luas. Kondisi ini menimbulkan imbas lain. Suasana yang tenang dan jauh dari keramaian membuat pemilik modal, dari dalam negeri, bahkan orang asing, berlomba-lomba membeli lahan disekitar pantai. Sebagian lahan di sepanjang pantai Jelenga saat ini sudah dikuasai pemilik modal dan menjadi area private. Mereka membangun penginapan dan bungalow untuk pribadi. Ada pula yang dibiarkan kosong dan hanya dipagari. Meski akses ke pantai tetap ada, tapi masyarakat setempat praktis tidak punya otoritas lagi atas lahan dimaksud.

Disatu satu sisi, pemberdayaan masyarakat lokal menjadi suatu keniscayaan dalam pengelolaan pariwisata. Disamping sebagai upaya mempertahankan kearifan lokal setempat, juga agar mereka mendapatkan manfaat ekonomi secara berkelanjutan dari tumbuh kembangnya pariwisata di wilayah mereka. Ini yang sekarang menjadi konsen Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Alam Asri Jelenga. Pokdarwis ini fokus pada upaya pemanfaatan pantai, tata ruang, pengembangan SDM lokal dan jaringan.

Djibrata, ketua sekaligus pendiri Pokdarwis Alam Asri, awalnya merupakan seorang penyelam (diver). Ia sering menyelam di sejumlah titik di sekitar pantai Jelenga. Dari aktifitas menyelam itu, ia melihat kondisi bawah laut di pantai tersebut, ternyata tidak seindah diatas permukaan air. Terumbu-terumbu karang banyak yang mati. Karena prihatin atas kondisi itu, Djibrata kemudian berinisiatif untuk melakukan rehabilitasi terumbu karang. Namun untuk merealisasikan hal itu, ia mesti mendapatkan donatur sebagai penyandang dana.

Djibrata, Ketua Pokdarwis Alam Asri Jelenga

“Saya datang ke Amman Mineral (PT Amman Mineral Nusa Tenggara). Tapi saat itu perusahaan bilang tidak bisa sendiri. Saya harus memiliki lembaga dan memastikan bahwa program yang akan saya laksanakan mesti berkelanjutan dan membawa dampak ekonomi untuk masyarakat,” ungkap Djibrata (35 tahun), ditemui di Jelenga, Kamis 7 Nopember lalu.

Djibrata kemudian mengumpulkan tujuh orang rekannya di Dusun Jelenga dan membentuk Pokdwarwis Alam Asri. Mereka kemudian melakukan observasi dan riset untuk mengetahui potensi dan kendala-kendala yang akan dihadapi untuk pengelolaan dan penataan lingkungan Jelenga. Hasil riset tersebut kemudian dibawa ke Pemerintah Daerah KSB, Pemprov NTB dan Amman Mineral serta pemangku kepentingan lainnya. Upaya itu membuahkan hasil. Dinas Kelautan Perikanan KSB merespon positif. Dinas terkait kemudian menyiapka 55 unit reefball yang kemudian di lepas ke sejumlah titik di Pantai Jelenga sebagai tempat tumbuh terumbu karang. Program reklamasi pantai juga dilakukan dengan kegiatan penanaman mangrove (bakau). Sejumlah fasilitas penunjang seperti lapak tempat berjualan dan kamar mandi umum juga dibangun oleh Pemda KSB.

Sementara untuk mendapatkan bantuan dari Amman Mineral, Pokdarwis Alam Asri harus memastikan kegiatan yang dilakukan berkelanjutan dan membawa dampak ekonomi. Untuk itu, mesti ada lahan yang dikelola oleh Pokdarwis. Djibrata kemudian berkoordinasi dengan pihak desa dan diberi kewenangan untuk mengelola lahan milik desa yang berlokasi persis di pinggir pantai seluas 70 are.

Pada 2017, Amman Mineral mulai menggelontorkan bantuan ke Pokdarwis Alam Asri berupa penataan lahan dimaksud dengan pembangunan satu unit home stay, restoran, taman dan fasilitas lainnya. Selain itu, Amman Mineral lewat program Sosial Responsibility (SR) juga melakukan pendampingan yang terus berjalan hingga sekarang. Pokdarwis dan tim pendamping dari Amman Mineral melaksanakan evaluasi berkala tentang progress program dan kendala yang dihadapi.

Salah satu sudut pantai Jelenga yang dikelola Pokdarwis Alam Asri

Usaha yang dikelola Pokdarwis Alam Asri berkembang. Jumlah kunjungan wisatawan lokal maupun asing juga meningkat. Pada Agustus 2019, Djibrata memberanikan diri untuk berkompetisi di ajang Indonesia Sustuinable Tourism Award (ISTA) yang dilaksanakan Kementerian Pariwisata. Dari sekian banyak destinasi wisata dari NTB yang mengirimkan dokumen administrasi, Jelenga yang dikelola Pokdarwis Alam Asri menjadi salah satu dari dua destinasi dari NTB yang berhasil masuk nominasi. Pada 26 September 2019, Djibrata diundang Kementerian Pariwisata ke Jakarta untuk menerima penghargaan sebagai juara di kategori pengelolaan destinasi yang berdampak pada peningkatan ekonomi lokal.

Djibarata mengaku, sebenarnya yang ditonjolkan dalam presentasi yang Ia lakukan adalah pelestarian lingkungan sesuai program yang telah dilaksanakan, seperti transplantasi karang, penanaman mangrove dan pemanfaatan pantai. Karena itu kedepan ia merencanakan perubahan konsep pengelolaan dari sebelumnya fokus di lingkungan, ke penataan dan jasa. Ia telah mengusulkan penambahan unit home stay melalui Pemerintah Daerah dan menginisiasi pembangunan jalan sebagai akses alternatif pagi pengunjung.

Selain infrastruktur, tantangan terbesar yang dirasakan Djibrata dan kawan-kawan adalah tingkat kesadaran masyarakat setempat terhadap pariwisata yang masih rendah. Dengan mata pencaharian utama sebagai petani dan pekerja serabutan, warga setempat masih cenderung berfikir pragmatis dan instan. Kalaupun ada beberapa warga yang terlibat sebagai pelaku (guide), juga masih belum terorganisir dengan baik.

“PR besar kita merubah pola pikir masyarakat, bahwa pariwisata bukan sampingan, tapi juga bisa menjadi sumber peningkatan ekonomi. Dengan program berkelanjutan yang kami laksanakan, kami berharap pola fikir itu bisa berubah dan masyarakat bisa lebih berperan dalam pengelolaan Jelenga,” sebutnya.

Senior Manager SR Amman Mineral, H Syarafuddin Jarot menyatakan perusahaan itu berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi melalui penciptaan ekonomi berkelanjutan lewat pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan bersama masyarakat dan pemerintah.

“Selama tiga tahun keberadaan Amman Mineral, perusahaan telah menjalankan beberapa program pemberdayaan sambil terus melakukan kajian terhadap efektifitas dan kesinambungannya untuk memastikan tiap program dapat menjadi katalisator ekonomi lokal. Kami mengapresiasi program yang yang kita laksanakan bersama Pokdarwis Alam Asri Jelenga berjalan baik dan berkelanjutan,” pungkas Haji Jarot.(*)

Komentar