KabarNTB, Sumbawa Barat – Selalu ada yang menarik, lucu menggelitik, bahkan membuat haru dan tidak terduga di setiap moment kampanye calon wakil bupati Sumbawa Barat Fud Syaifuddin yang dilaksanakan secara marathon di seluruh wilayah.
Masyarakat di setiap titik kampanye, selalu memanfaatkan sesi dialog yang dibuka seluas-luasnya bagi mereka untuk menyampaikan saran, masukan, permintaan bahkan kritik dan selalu dilayani dengan terbuka oleh Fud Syaifuddin.
Dalam kampanye di Desa Ai Suning dan Lamusung, Rabu 14 Oktober 2020, moment tak terduga dan lucu juga terjadi. Di titik pertama dalam Desa Lamusung, Fud Syaifuddin ditodong oleh dua orang perempuan berstatus perawan tua (breng – bahasa Sumbawa,red) yang meminta pemerintah daerah memprogramkan bantuan khusus berupa tunjangan untuk kalangan perempuan bernasib seperti mereka.

Cara bicara yang polos dan blak-blakan membuat calon wakil bupati Fud Syaifuddin dan semua warga peserta kampanye tidak tidak mampu menahan tawa ketika salah satu dari dua perempuan dimaksud berbicara.
“Kami senang karena Bapak sudah melaksanakan tunjangan untuk Lansia dan penyandang cacat (Disabilitas). Tapi Kami juga minta agar ada tunjangan tau (orang) breng seperti kami pak. Tidak ada yang mengurus kami, karena kami hanya tinggal berdua di rumah ini,” ujar salah satu dari dua perempuan dimaksud.
Meski terlihat geli atas todongan itu, calon wakil bupati, Fud Syaifuddin tetap menanggapi permintaan mereka. “Pemerintah daerah tidak bisa membuat program untuk orang tertentu saja, tapi harus menyeluruh untuk semua masyarakat dari Talonang sampai Poto Tano. Kalau kami jadi kepala desa tidak masalah, karena hanya dua ini saja yang menjadi tanggungjawab. Tapi kalau se-KSB tentu butuh anggaran sangat besar. Yang terpenting ibu berdua tetap sehat, Pemda tentu ada cara lain untuk memberi perhatian,” ujar Fud memberi semangat.
Selain cerita menggelitik tentang ‘tunjangan tau breng’, di lokasi yang sama ada pula cerita tentang ‘hijrah; seorang perempuan bernama Diana. Diana secara terbuka mengakui bahwa di Pilkada 2015 dirinya bukan pendukung Firin – Fud, tetapi pendukung pasangan calon lain. Ia mengaku mantap mendukung Firin – Fud di Pilkada 9 Desember mendatang, karena selama hampir lima tahun memimpin keduanya memberikan perhatian yang sama kepada seluruh masyarakat KSB dalam pelaksanaan semua program yang digelontorkan, baik yang mendukung atau tidak mendukung.
“Dari baju (seragam) anak sekolah, anak saya ikut kena padahal saya tidak mencoblos beliau berdua. Program santunan Lansia dan Disabilitas juga demikian,” bebernya.
Diana yang kebetulan merupakan kader Posyandu di desanya, bahkan mengaku sampai malu sendiri, karena tidak mendukung tetapi program-program pemerintah tetap bisa ia nikmati seperti warga lainnya dan tidak ada pilih kasih dalam pelaksanaan program tersebut.
Sampai suatu saat, dirinya sebagai kader Posyandu diundang ke acara Yasinan (Pelayanan Setara Inklusi Andalan) atau forum menyerap aspirasi langsung dari masyarakat yang dilaksanakan setiap malam Jum’at oleh pasangan Firin – Fud – di Central (kediaman Bupati HW Musyafirin). Saat itu Diana mengaku berbicara atas nama kader Posyandu dan meminta agar kesejahteraan para kader diperhatikan, mengingat honor yang diterima saat itu hanya Rp 50 ribu per bulan.
“Diluar dugaan aspirasi kami saat itu langsung diakomodir dan honor kader Posyandu dinaikkan, sekarang menjadi Rp 200 ribu per bulan. Jadi saya berani berdiri disini sekarang, karena KSB Baik. Kalau KSB tidak baik, tidak akan saya berdiri disini,” ucapnya.
Calon wakil Bupati, Fud Syaifuddin, dalam setiap orasinya disemua lokasi kampanye, menegaskan bahwa program pro rakyat seperti Tunjangan Lansia dan Disabilitas, Bariri Tani, Bariri Ternak, Bariri Nelayan, Bariri UMKM, BPJS gratis untuk warga miskin dan sejumlah program lainnya yang telah dilaksanakan di kepemimpinan periode pertama akan tetap dilanjutkan, karena masyarakat telah merasakan langsung manfaat dari program-program dimaksud.
Ia juga menegaskan bahwa semua program tersebut dapat diakses oleh seluruh masyarakat KSB yang memenuhi syarat dan tidak ada istilah pilih kasih, antara pendukung atau non pendukung.
“Kalau ada masyarakat yang memenuhi syarat yang tidak menerima program karena belum terdata atau karena hal lain, silahkan lapor melalui Kepala Desa, Agent PDPGR atau lapor langsung kepada saya bisa bisa segera ditindaklanjuti. Begitu juga kalau ada dugaan penyimpangan, asal disertai data yang bisa dipertanggungjawabkan, jangan sungkan untuk melapor. Ini penting sebagai evaluasi untuk pembenahan program-program dimaksud kedepan,” ucapnya.
Fud Syaifuddin yang selalu keliling berkampanye bersama istri, disambut sangat antusias oleh warga Desa Ai Suning dan Lamusung. Warga setempat berkomitmen untuk memenangkan pasangan F3 Jilid dengan dengan kemenangan mutlak, bahkan di angka 100 persen.(EZ)
Komentar