KabarNTB, Sumbawa Barat — Seorang warga Desa Belo Kecamatan Jereweh, menjadi korban penembakan dalam aksi penolakan tambang emas diduga tak berizin (illegal) di desa setempat, Sabtu malam 24 Juni 2023.
Warga bernama Ramli itu diduga ditembak oknum aparat. Akibatnya ia mengalami luka tembak tembus di paha kiri. Luka tembak juga dialami di betis dan mata kaki kiri.
Pasca kejadian, Ramli langsung dibawa ke Puskesmas Jereweh oleh warga dan selanjutnya dibawa ke RSUD Asy Syfa di Taliwang.
Saat ditemui wartawan di RSUD Asy Syifa Ahad pagi, Ramli baru saja usai menjalani operasi. Ia mengaku mendapat tiga kali tembakan.
“Ada tiga kali terdengar suara tembakan,” katanya.
Ramli yang didampingi sejumlah keluarganya, menuturkan, peristiwa itu bermula saat dirinya bersama warga melakukan aksi penolakan terhadap aktifitas penambangan di desa setempat. Mereka menghadang keluar masuk kendaraan yang hendak keluar masuk lokasi tambang dimaksud di portal. Kebetulan Ramli mengaku portal tersebut dipasang di lahan miliknya.
Perihal tambang illegal itu sendiri, kata Ramli, sudah dilaporkan ke pemerintah desa dan kecamatan. Bahkan pemerintah setempat sudah menjadwalkann pertemuan antara masyarakat dengan perusahaan pemilik tambang itu untuk proses mediasi pada Senin 26 Juni 2023. Warga meminta perusahaan menghentikan sementara aktifitasnya sampai pertemuan dilaksanakan.
“Tapi perusahaan ini tetap ngotot beraktifitas dengan memasukkan satu unit truck tanki. Padahal kami sudah minta sebelum beraktifitas, selesaikan dulu pertemuan yang sudah dijadwalkan,” ungkapnya.
Sikap perusahaan yang tetap beraktifitas itu dinilai sengaja memprovokasi dan memancing kemarahan warga. Mobil tangki yang mau keluar area tambang dininta Ramli untuk balik ke dalam. Mobil yang dikawal oknum anggota berpakaian lengkap itu mengalah dan tidak jadi keluar.
Tak berselang lama, sambung Ramli, satu kendaraan lain masuk ke lokasi tambang bersama dua anggota intel. Selanjutnya empat oknum anggota polisi juga datang. Keempat anggota tersebut kemudian menghampiri dan mendekatinya. Korban Ramli menyebut keempat anggota itu ada yang berpakaian preman dan ada ysng berpakain dinas.
“Yang berpakaian dinas sepertinya komandannya. Anak buahnya berpakaian sipil. Saya langsung ditanya, kamu pakai parang, maksud saya kalau mau minta parang yang saya bawa, kenapa tidak baik-baik. Toh juga parang yang ada di saya itu langsung saya diserahkan ke mereka. Saya hargai mereka karena aparat,” urainya.
Ramli mengaku berusaha menceritakan alasan sehingga dirinya menghadang truk tanki yang hendak keluar. Namun oknum anggota dimaksud tidak tetap ingin mebawanya ke kantor polisi.
Kondisi itu berlanjut dengan perdebatan antara Ramli dengan oknum aparat dimaksud. “Pokoknya saya mau dibawa, saya tanya mana surat penangkapannya, jangan begitulah, selesaikan baik-baik,”.
“Tiba-tiba datang oknum anggota lain kemudian menarik paksa tangan saya. Pokoknya suasanya sudah lain. Kami langsung baku hantam, kita bergulat disitu sampai jatuh. Dikeluarkan pistol kemudian gagangnya dipukulkan ke kepala saya, barulah terdengar suara tembakan sebanyak tiga kali,” terangnya.
Melihat Ramli terluka, oknum anggota dimaksud mundur. Namun sempat menawarkan pertolongan kepada korban untuk dibawa ke Puskesmas Jereweh. “Mungkin dikira saya sudah tumbang, saya ambil kayu ngejar mereka sampai ke jalan raya. Mereka mau bantu tapi saya tidak tolak. Saya tidak mau, masa setelah nembak saya mereka mau bantu lagi, saya katakan kalau mau tembak, tembak lagi saja biar puas,” bebernya.
Ramli yang mengalami pendarahan akhirnya meminta tolong ke warga setempat yang berbondong-bondong mendatangi lokasi kejadian. “Saya minta dibawa ke Puskesmas karena darah sudah bercucuran,” tambahnya.
Kepala Desa Belo, Kaharuddin yang ditemui di RSUD Asy Syifa Sumbawa Barat mengaku tidak mengetahui persis peristiwa tersebut.
“Saya sedang istirahat, kebetulan baru balik dari Lombok. Tiba-tiba saya dibangunkan karena warga sudah ramai di lokasi setelah ada kejadian,” katanya.
Begitu mendapat laporan, Kades mengaku langsung ke lokasi dan berusaha menenangkan masyarakat. Ia juga berupaya memediasi masyarakat yang sudah berkumpul di Mapolsek Jereweh.
Pasca insiden yang dialami Ramli, massa membakar sejumlah fasilitas di lokasi tambang dimaksud. Satu unit kendaraan operasional perusahaan juga ikut terbakar.
Kades mengakui, ada sejumlah tuntutan warga pasca insiden tersebut. Antara lain, meminta agar aktifitas tambang dihentikan, masyarakat juga meminta agar kasus penembakan diusut tuntas.
“Masyarakat juga meminta S, salah seorang warga diamankan karena diduga ikut beraktifitas di sana. Setelah semua tuntutan diakomodir, kami imbau warga kembali ke rumah masing-masing. Jaga kondusifitas, tidak boleh ada lagi kejadian seperti ini,” tandasnya.
Sementara itu Kapolres Sumbawa Barat, AKBP Yasmara Harahap yang dikonfirmasi terpisah mengatakan peristiwa tersebut sedang didalami lebih lanjut.
Sesaat setelah kejadian, Kapolres juga langsung terjun langsung ke lokasi menenangkan massa. Ia meminta waktu untuk detail kronologis kasus tersebut.
“Sedsng didalami, mungkin besok (senin) sudah bisa saya sampaikan secara detail kepada kawan-kawan,” ucapnya.(EZ)
Komentar