Sumbawa Barat, Kabar NTB – Dewan Pimpinan Daerah ( DPD ) NTB Organisasi Masyarakat ( Ormas ) Gerakan Fajar Nusantara ( Gafatar ) akhirnya memberikan keterangan resmi terkait keberadaanya di NTB khususnya di Kabupaten Sumbawa Barat.
Klarifikasi disampaikan setelah sebelumnya beberapa media cetak terbitan lokal dan regional memberitakan adanya sejumlah Ormas Islam dan Tokoh Masyarakat Sumbawa Barat yang menolak keberadaan Gafatar.
Ketua DPD Gafatar NTB, Buana Fahriadin menyatakan, pemberitaan itu terbit pada, Selasa ( 10/2 ) atau sehari sebelumnya ketika rombongan DPD Gafatar NTB bertandang ke kantor Kementerian Agama KSB guna mengahadiri undangan dari Kepala Kemenag Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Senin ( 9/2 ).
Agenda tersebut sejatinya adalah untuk mendengarkan klarifikasi Gafatar terkait beberapa hal khususnya paham atau ajaran Gafatar yang dianggap menyimpang, bukan forum justifikasi, atau penghakiman dan sebagainya.
Tidak diduga, acara tersebut berujung kisruh dan dengan alasan keamanan terpaksa dihentikan.
“ Untuk itu, saya mewakili seluruh warga Gafatar NTB merasa perlu untuk mengambil haknya untuk melakukan klarisfikasi terkait berita yang sudah beredar itu,” ungkap Fahriadin melalui rilies yang diterima Kabar NTB Rabu ( 11/2 ).
Faktor utama yang memicu keruhnya suasana itu adalah adanya dua istilah yang ada dalam Gafatar yaitu “tuan” dan “mesias”. Kedua istilah inilah yang menjadi dasar ormas-ormas di KSB untuk menolak kehadiran Gafatar. Istilah “tuan” dan “mesias” dikatakan sesat dan menyimpang dari ajaran Agama Islam.
Menurutnya, statemen-statemen yang dikemukan tadi adalah over reactive (berlebihan) dan tidak perlu dilakukan. Alasanya, bahwa kedua istilah itu (tuan dan mesias – red ) bukanlah istilah dalam Agama Islam. “Tuan” adalah istilah asli Nusantara ini dan “mesias” adalah bahasa Ibrani, bukan bahasa Arab.
“ Pertanyanya sekarang, salahkan jika Gafatar menggunakan dua istilah tersebut? lalu adakah kaitanya antara dua istilah itu dengan aqidah umat Islam?,” tanyanya.
Dijelaskannya, kehadiran Gafatar bukan untuk merusak tatanan apapun yang ada khususnya Agama. Kehadiran Gafatar bukan untuk memindahkan keyakinan seorang Islam kekayakinan yang lainnya.
“ Untuk diketahui juga bahwa dalam Gafatar, urusan Agama dan keyakinan adalah wilayah privasi masing-masing individu dan organisasi tidak berhak turut campur didalamnya. Akan menjadi ganjil jika Gafatar sebagai orkemas sosial justeru disibukan dengan hal keagamaan,”terangnya.
Istilah “mesias” juga disebut-sebut sebagai ajaran Gafatar yang tidak mengakui kenabian Nabi Muhammad SAW. Bagi GAFATAR, Nabi Muhammad SAW adalah “idola”, contoh terbaik dalam hidup ini.
“Tidak ada lagi figur yang menandingi keagungannya. Gafatar bahkan juga mengimani bahwa Nabi Muhammad SAW adalah“Khataman Nabiyyin”.“ tegasnya.
Selanjutnya dijelaskan, tidak ada istilah “nabi baru” atau “rasul baru” dalam Gafatar, karena itu adalah wilayah agama sedangkan Gafatar bukanlah orkemas keagamaan. Tidak akan ditemukan istilah-istilah agama khususnya islam dalam GAFATAR,” urainya.
Ditambahkannya, Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar ) adalah sebuah Organisasi Kemasyarakatan (orkemas) yang diresmikan pada tanggal 14 Agustus 2011 di Jakarta dengan dasar pendiriannya yakni Pancasila.
Menurutnya, salah satu dari empat tujuan Gafatar adalah membantu pemerintah dalam menjalankan program-programnya. Gafatar dengan segala kelebihan dan kekuranganya, telah bertekad untuk bergerak pada tiga pilar kegiatan yaitu Sosial, Budaya dan Pendidikan.
“ Jadi kehadiran Gafatar diberbagai wilayah dan segala kegiatanya adalah murni membawa misi yang tulus lagi luhur, bukan menebar atau menabur benih-benih kebencian untuk merusak tatanan yang ada khususnya agama, dan atau sebagai “topeng” untuk menutupi pesan sponsor dari kelompok tertentu yang ingin meraup keuntungan diatas tumpukan derita multi dimensi yang sedang mendera bangsa dewasa ini,” tandasnya.
Sebelumnya, sejumlah Organisasi Agama meliputi Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pengurus Daerah Muhammadiyah ( PD Muhammadiyah ), Forum Kerukunan Umat Beragama ( FKUB ), Pengurus Daerah Nahdatul Ulama ( PD NU ), Pengurus Daerah Nahdatul Wathan ( PD NW ) dan Tokoh masyarakat Sumbawa Barat dilaporkan telah menggelar pertemuan terkait keberadaan Ormas Gerakan Fajar Nusantara ( Gafatar ) di wilayah setempat, Rabu ( 11/2 ).
Pertemuan itu selanjutnya melahirkan kesimpulan dan rekomendasi terkait penolakan dan peninjauan kembali terhadap keberadaan Gerakan Fajar Nusantara di Sumbawa Barat (K-AS).
Komentar