Sumbawa, KabarNTB – Perhelatan konferensi mahasiswa Se ASEAN atau ASEAN University Youth Summit (AUYS) 2016 yang berlangsung di Sumbawa Besar, 24 hingga 27 Januari 2016 menyepakati sejumlah rekomendasi penting bagi masa depan kawasan negara di ASEAN. Khususnya dalam meretas permasalahan pendidikan, pertanian, dan sosial kemasyarakatan.
Melalui diskusi yang penuh dinamika pada Selasa (25/01/2016), rekomendasi tersebut emudian disepakati. Dalam pelaksanaannya, diskusi tersebut terbagi dalam tiga sesi.
Sesi pertama, mengidentifikasi semua masalah yang terjadi di negaranya masing-masing. Dua perwakilan setiap negara diberikan kesempatan berbicara. Dari semua persoalan yang disampaikan hampir sama yaitu konsen orang tua terhadap pendidikan anak. Selain itu masalah pertanian, mengingat sebagian besar negara ASEAN merupakan negara agraris.
Pada sesi kedua, persoalan yang menjadi pembahasan di sesi pertama ini dibawa ke level ASEAN. Agar persoalan yang ada di setiap negara tidak diselesaikan negara itu sendiri tapi menjadi masalah bersama untuk dituntaskan dan dihadapi oleh semua negara ASEAN.
Lagi pula, Tahun 2016 tersebut memasuki era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang penuh tantangan sekaligus peluang.
“Di sini kita mencari benang merah apa sebetulnya yang masalah yang dihadapi ASEAN,” kata Pimpinan Konferensi, Akbar Nikmatullah Dahlan.
Ia mencontohkan, persoalan industrialisasi yang bisa menghantam industri lokal yang dikemukakan delegasi dari Filipina. Ternyata persoalan ini juga dialami Indonesia. Karena itu harusnya keberadaan industri lokal ini bisa didukung MEA agar mampu bersaing, bukan semakin tergilas.
“Inilah masalah yang harus dicarikan solusi secara bersama-sama,” ujarnya.
Kemudian di sesi ketiga, membahas secara tuntas solusi dari permasalahan yang mengemuka di dua sesi sebelumnya.
Menariknya lagi, ajakan dari delegasi Malaysia untuk membuat misi sosial bersama. Seperti membuat sebuah kesepakatan bersama yang bukan hanya untuk perkaya diri tapi juga harus membantu orang tidak mampu, di samping melibatkan masyarakat lokal. Bahkan keahlian yang dimiliki bisa ditularkan sehingga masyarakat lokal juga bisa menjalankan bisnisnya. Jadi uang berputar bukan hanya kepada orang yang memiliki perusahaan tapi juga masyarakat.
Solusi lainnya adalah Social Moving atau membuat gerakan mahasiswa di bidang sosial. Misalnya memperjuangkan pendidikan di bidang pertanian. Selama ini pertanian lokal semakin digilas oleh industri besar karena minimnya pendidikan.
Karenanya, di AUYS ini negara-negara ASEAN diharapkan konsen terhadap sektor pertanian dengan cara memberikan pendidikan pada petani agar bisa bersaing dan mampu menghasilkan nilai tambah dari usahanya.
Di sektor ekonomi, Negara-negara ASEAN harus memiliki standarisasi di sektor pertanian yang sama. Selama ini Indonesia memiliki standar nasional (SN) yang tidak sama dengan SN di Malaysia atau Singapore.
“Seharusnya kita buat standar bersama. Jadi ketika berhadapan dengan negara Eropa, ASEAN kuat. Inilah salah satu tujuan MEA agar kita mampu berhadapan dengan negara-negara Eropa bahkan Amerika,” kata Akbar Nikmatullah Dahlan.
Begitu pula dengan sektor pendidikan.Tidak boleh lagi terjadi disparitas pendidikan. Standar level pendidikan di negara ASEAN dibuat serupa agar bisa bersaing dengan Eropa, dan Amerika. (K-K)
Komentar