KabarNTB, Sumbawa Barat – Desa Sapugara Bree Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat ditetapkan sebagai Desa Santri yang dicanangkan oleh Bupati HW Musyafirin dalam kegiatan peletakan batu pertama pembangunan ruang belajar Pondok Pesantren Himmatul Ummah, Senin siang 27 maret 2017.
Pencanganan sebagai Desa Santri tidak lepas dari peran dua orang tokoh sentral di Desa Sapugara Bree, yakni KH Syamsul Ismain, pengasuh Pondok Pesantren Himmatul Ummah dan Andi Subandi, Kepala Desa Sapugara Bree. Ide dari kedua tokoh ini disambut antusias oleh Bupati Sumbawa Barat, HW Musafirin.
“Pencanangan desa santri ini juga salah satu janji saya. Alhamdulillah sekarang bisa dilaksanakan. Saya berharap status sebagai desa santri ini bisa membawa perubahan yang baik bagi kehidupan masyarakat,” ujar Bupati.
Bupati yang pada 27 Februari 2017 lalu genap satu tahun menjabat itu, juga mengajak seluruh masyarakat Desa Sapugara Bree dan Kecamatan Brang Rea umumnya untuk mendukung pencanangan desa santri melalui prilaku kehidupan sosial dan kemasyarakatan sehari-hari yang mencerminkan masyarakat yang religius dan toleran.
Menurutnya sejak masa lampau di jaman penjajahan Belanda, desa Sapugara Bree telah dikenal sebagai pusat perlawanan rakyat terhadap penjajah yang dipimpin oleh Dea Mas Undru. Masyarakat desa tersebut juga dikenal memiliki karakter ‘keras’ dan pantang harga dirinya dilecehkan.
Bupati mengharapkan agar setelah menjadi desa santri, sifat keras itu harus bisa diredam, dengan melaksanakan ajaran agama secara baik dan dengan menjadikan ulama sebagai panutan.
“Masyarakat harus bisa menunjukkan identitas sebagai warga desa santri. Misalnya, yang laki-laki memakai peci dan yang perempuan memakai jilbab, serta bahu membahu saling mengajak untuk kebaikan. Dan yang terpenting, hormati ulama. Karena dengan menghormati dan mengikuti ulama Insya Allah kita akan selamat di dunia dan akherat,” harapnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Himmatul Ummah KH Syamsul Ismain, mengakui ada indikator-indikator yang masih harus dipenuhi sebagai desa santri. Ia mengibaratkan pencanangan desa santri itu sebagai ‘tetesan air diatas batu’.
“Kami mencoba untuk memberanikan diri. Jadi kami ibarat air yang berusaha menetesi batu. Insya Allah dengan dukungan semua pihak kita pasti bisa dengan semangat KSB yakni gotong royong, IJS – Jujur Ikhlas dan Sungguh-sungguh, tidak ada yang tidak mungkin. Air kelapa bisa menjadi air garam, tapi kalau air kelapanya dicampur garam pak,” ujar Kyai Syamsul Ismain berseloroh.
Menurutnya, keberhasilan menjadikan Desa Sapugara Bree sebagai desa santri bukan keberhasilan Pondok Pesantren Himmatul Ummah semata, tapi kesuksesan yang merupakan buah dari kerja keras semua pihak. Mulai dari Pemerintah Daerah sampai seluruh masyarakat KSB.
“Ini adalah milik sosial yang tentu kontribusinya untuk semua manusia. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat buat manusia lain,” imbuhnya mengutip sebuah hadist.
Untuk memperkuat identitas sebagai desa santri, sambung Kyai Syamsul Ismain, seluruh bagian desa harus mencerminkan hal itu. Mulai dari kehidupan sosial masyarakat hingga tiap-tiap gang di perkampungan yang akan ditulis dengan kaligrafi Al Qur’an dan hadist.
Sementara Kepala Desa Sapugara Bree, Andi Subandi, secara terpisah menegaskan komitmen pemerintah desa setempat dalam mendukung penetapan sebagai desa santri.
Pemerintah Desa, katanya, akan membackup dengan regulasi untuk memperkuat identitas sebagai desa santri.
“Kita sudah berkoordinasi dengan pengasuh Pondok Himmatul Ummah. Pemerintah Desa akan menggalakkan program magrib mengaji dan program lainnya untuk memperkuat identitas sebagai desa santri ini,” ungkap Andi Subandi.
Kades muda yang belum setahun menjabat tetapi telah berhasil membawa desanya sebagai desa inspiratif ditingkat nasional melalui program Bebas Buang Air Besar Sembarang (Tubabas) itu, menyatakan gagasan desa santri merupakan bagian dari upaya pemerintah desa dan komponen lainnya di Desa Sapugara Bree dalam mendukung program Pemerintah Daerah Sumbawa Barat yakni program tuntas membaca Al Qur’an yang telah dicanangkan sejak tahun 2016 lalu melalui program magrib mengaji.(EZ)
Komentar