Selain Lebaran, di Lombok Juga Ada Tradisi ‘Perang Topat’

KabarNTB, Lombok Barat – Selain terkenal dengan ‘Lebaran Topat’ pulau Lombok ternyata juga memiliki tradisi lain yang berhubungan dengan penganan berbahan dasar beras yang dibungkus daun kelapa itu.

Uniknya budaya tradisional perang topat ini melibatkan dua suku dan dua agama berbeda. Bupati Lombok Barat, H Fauzan Khalid, saat mendampingi Wakil Gubernur NTB, HM Amin membuka secara resmi tradisi budaya perang topat di Pura Lingsar, Lombok Barat, minggu sore 3 Desember 2017, menjelaskan bahwa perang topat adalah perang yang dilaksanakan dengan penuh kegembiraan yang dilakukan oleh dua unsur agama dan suku.

Tempat berperang topat ini juga menceriminkan terpeliharanya dua budaya dari golongan muslim dengan suku Sasaknya dan Hindu dengan suku Balinya.

“Jangan bapak ibu pernah berharap di Bali akan menemukan pura yang didalamnya terdapat Kemaliq (seperti musholla). Pada dasarnya setiap pura yang ada di Kabupaten Lombok Barat itu sebenarnya harus ada Kemaliq. Dan ini sudah dicontohkan dipura Lingsar ini,” ujar Fauzan Khalid.

Wakil Gubernur NTB, HM Amin bersama Bupati Lombok Barat, Fauzan Khalid melempar topat sebagai tanda dimulainya tradisi budaya Perang Topat

Menurutnya, keunikan pura di Lombok Barat, betul-betul mencerminkan toleransi dan nilai kebhinekaan yang terpelihara dan menjadi nafas masyarakat Kabupaten Lombok Barat khususnya di Lingsar.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, M Ispan Junaidi, menjelaskan bahwa prosesi perang topat adalah prosesi religi dan budaya yang setiap tahun rutin dilaksanakan sebagai kalender of event di Kabupaten Lombok Barat.

“Perang topat adalah satu-satunya perang didunia yang membawa kedamaian. Semoga dari desa lingsar ini terwujud sebuah prosesi budaya, sebuah refleksi keharmonisan dan kedamaian dimuka bumi dan mudah-mudahan akan menjadi sebuah legenda bagi seluruh umat yang beraneka ragam budaya dan dengan keyakinannya yang berbeda – beda,” katanya.

Sementara Wakil Gubernur NTB, HM Amin, dihadapan para tokoh adat, budayawan, ulama dan ribuan masyarakat yang mengikuti tradisi tersebut, menjelaskan bahwa perang topat adalah perang yang tidak akan pernah ada rasa menang dan kalah. Didalam peperangan itulah akan menghasilkan kedamaian.

“Ini adalah salah satu contoh keunikan dan kekayaan budaya daerah kita yang memiliki makna mendalam dalam memupuk kebersamaan di tengah kebhinekaan negeri ini,” jelasnya.

Ia berharap event budaya perang topat yang unik dan indah itu, terus dijaga dan dilestarikan.

“Perang topat merupakan suatu fakta sejarah bahwa kita hidup ditengah keanekaragaman yang begitu indah,” ungkapnya.

Menurutnya, kedepan seni budaya perang topat dapat menjadi salah satu tradisi budaya NTB yang mendorong perhatian wisatawan, sehingga NTB semakin kokoh menjadi destinasi berkelas dunia.

“Bila dikemas dengan baik tradisi perang topat akan menumbuhkembangkan ekonomi kreatif yang bisa mendatangkan para wisatawan dan tentu akan berdampak lebih besar bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menurukan angka kemiskinan sebagai salah satu program pemerintah,” pungkas Wagub.(By)

Komentar