Di Gerindra Ustad Nun Ulas Konsep Memimpin dengan Hati, Mustakim Singgung Soal Dendam

KabarNTB, Sumbawa Barat – Bakal Calon Bupati Sumbawa Barat, HM Nur Yasin (Ustad Nun) mengulas konsep kepemimpinan dengan nurani dalam penyampaian visi misi yang dilaksanakan DPC Partai Gerindra KSB, Jum’at malam 27 Desember 2019.

Hadir bersama bakal calon wakil bupati, Mustakim Patawari, Ustad Nun memaparkan, memimpin dengan nurani mengedepankan perilaku dan sikap adil (justice) sebagai nilai universal milik seluruh ummat manusia tanpa melihat agama, suku, keturunan dan latar belakang lainnya.

“Semua orang, dia beragama atau tidak beragama, nilai ini mereka butuhkan dan milik mereka semua. Mereka akan sakit bila tidak ada keadilan dalam kepemimpinan dan pemerintahan. Keterbukaan, toleransi dalam berbagai macam keberagaman, maka dengan demikian kita bisa menjadikan KSB ini benar-benar milik bersama. Semua orang di KSB ini akan merdeka. Semua orang akan dapat menentukan sikap dan pilihannya sesuai hati nuraninya,” urai Ustad Nun.

Baca juga : https://kabarntb.com/2019/12/tak-berminat-borong-partai-firin-fud-persilahkan-gerindra-usung-figure-lain/

Program mensejahterakan masyarakat, sambung Ustad Nun, membutuhkan keterlibatan semua element dan stakeholder, termasuk partai politik. Parpol seharusnya memiliki andil dalam menyusun visi misi dan program, bakal calon bupati / wakil bupati yang diusung.

Pasangan bakal calon Bupati – bakal calon wakil bupati, HM Nur Yasin – Mustakim Patawari menyampaikan visi misi dihadapan Tim Desk Pilkada DPP dan DPC Gerindra

“Karena nanti, langsung tidak langsung, partai politik terlibat juga menyusun program untuk mempercepat proses kesejahteraan masyarakat. Partai tidak semestinya seperti kita naik kendaraan, diantar sampai terminal lalu ditinggal. Karena itu partai politik mesti ikut andil menyusun visi misi program karena mereka juga dipilih oleh rakyat, sehingga program yang mereka usulkan kepada calon bupati itu akan matching menjadi kerja tanggungjawab bersama,” ulasnya.

Baca juga : https://kabarntb.com/2019/12/di-gerindra-andi-azizi-bicara-sejahtera-ksbnya-bahagia-warganya/

Jika ditakdirkan terpilih menjadi Bupati Sumbawa Barat di Pilkada 2020 nanti, Ustad Nun menegaskan dirinya dan Mustakim Patawari akan menghapuskan seluruh dendam dan tidak akan membeda-bedakan pergaulan.

“Tanamkan ini didalam hati saudara-saudara yang mendengar, di satu saat Allah mendakdirkan, maka tidak ada dendam dalam kehidupan ini,” pungkasnya.

Sementara bakal calon wakil bupati, Mustakim Patawari, mengulas tentang tagline pemimpin ‘BARU’ bagi KSB. Ia berbicara cukup keras mengenai korupsi yang harus diberantas dari KSB dan intimidasi yang dilakukan kepada masyarakat maupun ASN dalam menentukan pilihan politik di Pilkada maupaun pasca Pilkada.

Baca juga : https://kabarntb.com/2019/12/gerindra-ksb-gelar-penyampaian-visi-misi-bakal-calon-secara-terbuka/

Ia menyatakan, proses memimpin suatu daerah, jika relatif bersumber dari satu sumber yang sama, akan ada kejenuhan yang dirasakan masyarakat. Dengan pengalaman berkecimpung dalam Komite Pembentukan KSB di Jakarta dan selama 15 tahun menjadi anggota DPRD KSB, Mustakim mengaku sangat paham roh, semangat dan hasrat masyarakat menjadikan KSB sebagai milik bersama, bukan milik sekelompok orang atau milik orang-orang tertentu. Jadi semakin banyak pilihan (calon pemimpin) semakin baik bagi rakyat untuk menentukan pilihan.

“Pengalaman memenangkan pasangan Prabowo – Sandi di Pilpres lalu, dalam situasi kita dilecehkan, tidak ada yang akan memilih. Tapi dengan ijin Allah dan perjuangan teman-teman, kita bisa membalik keadaan menjadi 62 persen kemenangan Prabowo – Sandi. Itu pertanda bahwa rezim perubahan itu telah datang. Kepemimpin baru yang akan memimpin Sumbawa Barat dengan hati,” ucapnya.

Baru, kata Mustakim, adalah bersih. Bahwa korupsi harus diberantas di KSB. “15 tahun saya di DPRD, paham betul, bagaimana, dimana letak mereka malakukan korupsi itu,” tudingnya.

Baru, sambungnya, adalah Amanah. Ia bersama Ustad Nun ingin menghadirkan kepemimpinan baru yang memerdekakan orang, bukan mengancam-ngancam orang, sehingga masyarakat tidak menikmati demokrasi ini sebagai sesuatu yang enjoy.

“Jika kami ditakdirkan menjadi pemimpin, maka selesai sudah. Tidak boleh dipelihara dendam selama lima tahun. Oo ini orang kita, ini bukan orang kita. kalau orang kita perlakuannya hebat luarbiasa, kalau bukan kadang kita perlakukan tidak manusiawi. PNS dipindahkan dari Sekongkang ke Tano, dari Tano ke Brang Rea, karena bukan orang kita, ini yang tidak boleh terjadi. Karena itu kami akan memimpin dengan hati tidak boleh ada diskriminasi,” tandasnya.(EZ)

Komentar