KabarNTB, Sumbawa – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumbawa meminta Bupati setempat untuk mencopot Kepala Bagian Prokol dan Komunikasi Pimpinan (Propokopim) Setda Sumbawa karena sikapnya yang tidak simpatik.
Permintaan PWI itu bermula dari sikap tidak simpatik dan sedikit arogan yang ditunjukkan oleh Hartono kepada salah seorang wartawan. Hartono yang notabene merupakan mitra wartawan melarang wartawan untuk masuk ke ruangan Bagian Prokopim yang dulu merupakan ruang Humas dan Protokol Setda Sumbawa.
Selain itu ia juga melarang wartawan untuk menggunakan fasilitas yang ada, seperti komputer. Hal itu dialami wartawan Tribun Sumbawa, Roby Teja Sumantri.

Menurut Roby, pada Selasa 19 April 2022, dia sedang mengetik berita menggunakan komputer di ruangan Prokopim. Kemudian, Kabag Prokopim Setda Sumbawa, Hartono bertanya kepadanya, “Sedang melakukan apa disitu? Roby lalu menjawab, bahwa dia sedang membuat berita”.
Mendengar jawabannya, Hartono langsung menyatakan bahwa hal itu adalah terakhir kalinya dia menggunakan komputer di ruangan itu. Sambil berlalu, Hartono juga menyatakan kepada seseorang yang lain, bahwa komputer itu bukan milik wartawan.
Mendapat laporan tentang kejadian itu, Ketua PWI Sumbawa, Zainuddin, langsung menemui Hartono untuk mengklarifikasi, Rabu pagi 20 april 2022.
Dalam pertemuan di ruangan Kabag Prokopim, Hartono menyampaikan dua alasan. Pertama, ruangan tersebut bukan lagi ruangan humas. Kemudian, siapapun wartawan yang masuk dan menggunakan fasilitas harus seizinnya.
Atas hal ini, Zain menilai bahwa sikap Hartono menciderai hubungan wartawan dan Pemda Sumbawa. Karena, ruangan itu awalnya merupakan ruangan Humas dan Protokol Setda Sumbawa. Di ruang itu juga ada Media Center yang digunakan oleh wartawan.
Apalagi aset berupa komputer yang ada, merupakan bantuan dari Kementerian Kominfo RI, guna diperuntukkan bagi wartawan.
Kemudian, keberadaan wartawan di Prokopim tidak pernah mengganggu. Selain itu, tidak pernah ada yang menyatakan keberatan atas keberadaan awak media sejak dari dulu, Jadi, sangat aneh jika ada larangan sekarang. Sangat aneh juga bahwa Prokopim menjauhi wartawan. Padahal, tugas dan fungsinya mirip dan melekat dengan tugas wartawan dalam mempublikasi segala bentuk pembangunan darah dan kinerja pemerintah.
Zain menilai sikap Hartono sama dengan menjauhkan wartawan dengan pimpinannya. “Ataukah ini suatu bentuk kebanggaan baginya. Karena hampir semua dinas dan SKPD serta pejabat senang bermitra dengan wartawan. Namun terbalik baginya, justru dia bangga untuk menjauhkan diri dengan wartawan,” sesal Zain.
Karena itu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumbawa dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI ) Sumbawa, meminta Bupati Sumbawa untuk segera mencopot Hartono dari jabatannya.
“Hubungan yang tidak baik ini tidak boleh di biarkan berlarut, hal ini merupakan puncak dari sejumlah insiden antara pihak Prokopim dengan wartawan dan keberadaan Hartono telah Menimbulkan disharmonisasi. Sudah beberapa Kabag Humas dan Protokol, hubungan kami sangat baik. Justru sekarang hubungan itu harus di tingkatkan, namun malah ditiadakan,” tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris PWI Sumbawa, Abu Sufyan Muchtar mengatakan, tugas dari Kabag Prokopim adalah mendekatkan wartawan dengan pimpinan daerah. Adanya sikap ini, berarti menjauhkan wartawan dengan pimpinan daerah.
Apabila adanya larangan itu, berarti wartawan tidak bisa menggunakan produk dari Prokopim. Sebab, wartawan menerima release berita dari Prokopim dan Diskominfotik Sumbawa. Padahal, sudah ada instruksi terkait penggunaan informasi yang dibagikan oleh OPD Pemda Sumbawa, bisa digunakan oleh siapapun.
Adanya sikap ini juga memperlihatkan sikap arogansi. Dengan demikian, pihaknya berkesimpulan bahwa wartawan ingin dijauhkan oleh pimpinan daerah. “Jadi, pak bupati dan bu wabup harus maklum,” pungkasnya.(JK)
Komentar