Proyek di Landasan Paralayang Mantar Bikin Ketua MPC KSB Murka

KabarNTB, Sumbawa Barat – Proyek pembangunan fasilitas hall di landasan Paralayang di Desa Mantar, Kecamatan Poto Tano, Sumbawa Barat diprotes keras oleh Ketua Mantar Paralayang Club (MPC) yang juga Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) KSB.

Proyek itu dinilai mengabaikan nilai – nilai kearifan lokal dan budaya masyarakat Mantar sebagai desa budaya yang tradisi dan nilai adat istiadatnya terus dijaga turun temurun oleh warga setempat.

Proyek itu sendiri baru setengah jadi, berupa bangunan permanen dengan struktur menggunakan pondasi batu dan tulangan beton yang berdiri di depan landasan terbang atlet paralayang.

Desain dengan struktur beton inilah yang membuat Ketua MPC Sumbawa Barat, H Deden Zaedul Bahri murka. Lewat akun facebook pribadinya @deden zaedul bahri, Deden berbicara sangat keras dan mengancam akan membongkar bangunan tersebut dan melaporkannya ke Kepolisian.

Proyek pembangunan yang sedang dilaksanakan di dekat landasan Paralayang Desa Mantar, Kecamatan Poto Tano, KSB yang membuat Ketua KONI setempat murka

“Harusnya Mantar dibangun dengan rasa bukan dengan asal – asalan. Saya membangunnya sendiri, tidak ada (biaya) kalian seperpun. Saya fikir pondasi yg sudah ada itu bisa kalian lanjutkan dan kembangkan dgn rasa yang sama. Ternyata malah kalian merusak semua nilai dan estetika Desa yang agung dan diagungkan oleh penghuni dan leluhurnya serta manusia dari luar sana (para pengunjung dan atlet paralayang dari seluruh dunia),” tulis Deden.

Sebagai Ketua MPC, Deden memang berperan besar mengembangkan Mantar sehingga dikenal luas di seluruh dunia sebagai salah satu site paralayang terbaik. “Negeri diatas awan” itu sudah beberapa kali menjadi lokasi event paralayang kelas dunia dan diakui keindahannya bahkan menyamai Oludeniz, site paralayang di Turki.

Namun Mantar memiliki kelebihan di tradisi budaya, spiritual dan kearifan lokal masyarakatnya yang menjadi nilai tarik sekaligus nilai jual lebih dibandingkan site paralayang lain diseluruh dunia.

“Ini kata penerbang dari luar negeri, ‘jangan ditembok bangunannya Pak Deden’ kata mereka. Jangan hanya isi kantong saja yang kalian pikir. (Padahal) Cukup dengan bambu dan rumbia saja,”.

“Beginikah cara kalian membangun. Kenapa kalian tidak sudi bertanya dan meminta pendapat kami. Kalian hanya memikirkan kantong kalian saja. Siapapun kamu, kamu adalah perusak yg tidak punya otak dan tidak punya rasa. Semoga kita bisa ketemu di Polres KSB karena kamu membangun diatas lahan kami tanpa kompromi. Kamu membongkar bangunan kami tanpa basa basi. Kamu merusak khayalan kami yg begitu indah, kamu merusak keindahan yang sudah kami bangun dengan susah payah,” tulis Deden lagi.

Di status yang lain, Deden menulis, semestinya pihak terkait yang melaksanakan proyek tersebut, belajar dari daerah lain. Tidak perlu jauh-jauh, cukup ke Bali yang juga memiliki site paralayang Timbis. Site yang selalu ramai dikunjungi wisatawan dan penerbang asing tersebut, dibangun dengan tetap mempertahankan ciri khas tradisional dan mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat.

“Cukup datang ke Timbis di Bali bukan di Brasil ya. Maka semua orang akan bangga pada kalian termasuk saya. JANGAN BANGUN KANDANG KAMBING DI LOKASI PARALAYANG…Susah tu laong ke tau GEDO MAMPAL…Tele mo so (susah bicara dengan orang bodoh.. kalian liat saja sendiri),” tulisnya pada postingan berisi foto – foto keindahan site Timbis.

Status – status yang dibuat Ketua MPC KSB ini, ramai dikomentari para netizen. Mereka menyayangkan dan turut mengecam pembangunan tersebut. Sebagian lainnya bahkan mendukung agar bangunan tersebut dirobohkan.

Dikonfirmasi terpisah, Deden menegaskan dirinya serius akan melaporkan proyek tersebut ke Kepolisian.

“Ya akan saya laporkan. Kita robohkan kalau tidak digubris (pelaksana),” tegasnya.

Selain masalah bangunan, Deden juga mempersoalkan lahan yang menjadi lokasi bangunan dimaksud. Ia menegaskan, lahan itu milik Mantar Paralayang Club.

“Harusnya mereka ajak kita bicara dulu sehingga kita bisa kasi masukan bagaimana yang baik supaya tidak sia-sia dan malah merusak yang ada. Ini mereka tidak permisi. Kemudian bangunan lama kami dibongkar tanpa permisi. Kayu, genteng dan lain-lain tidak tau dibawa kemana,” pungkasnya kesal.(EZ)

Komentar